Senin, 28 November 2016

Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional

DEFINISI KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia.
Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.

©                    Pengertian Kepemimpinan Menurut Para ahli
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

TEORI KEPEMIMPINAN
1.  Teori Kelebihan
Teori ini beranggapan bahwa seorang akan menjadi pemimpin apabila ia memiliki kelebihan dari para pengikutnya. Pada dasarnya kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin mencakup 3 hal yaitu kelebihan ratio, kelebihan rohaniah, kelebihan badaniah.

2.  Teori Sifat
Teori ini menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik apabila memiliki sifat-sifat yang positif sehingga para pengikutnya dapat menjadi pengikut yang baik, sifat-sifat kepemimpinan yang umum misalnya bersifat adil, suka melindungi, penuh percaya diri, penuh inisiatif, mempunyai daya tarik, energik, persuasif, komunikatif dan kreatif.

3.  Teori Keturunan
Menurut teori ini, seseorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan atau warisan, karena orang tuanya seorang pemimpin maka anaknya otomatis akan menjadi pemimpin menggantikan orang tuanya.

4.  Teori Kharismatik
Teori ini menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena orang tersebut mempunyai kharisma (pengaruh yang sangat besar). Pemimpin ini biasanya memiliki daya tarik, kewibawaan dan pengaruh yang sangat besar.

5.  Teori Bakat
Teori ini disebut juga teori ekologis, yang berpendapat bahwa pemimpin lahir karena bakatnya. Ia menjadi pemimpin karena memang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin. Bakat kepemimpinan harus dikembangkan, misalnya dengan memberi kesempatan orang tersebut menduduki suatu jabatan.

6.  Teori Sosial
Teori ini beranggapan pada dasarnya setiap orang dapat menjadi pemimpin. Setiap orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin asal dia diberi kesempatan. Setiap orang dapat di didik menjadi pemimpin karena masalah kepemimpinan dapat dipelajari, baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman praktek.

JENIS-JENIS KEPEMIMPINAN
1.  Gaya Kepemimpinan Klasik
Salah satu jenis kepemimpinan adalah gaya kepemimpinan yang klasik. Teori klasik gaya kepemimpinan mengemukakan, pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior).

2.  Gaya Kepemimpinan Situasional
Merupakan gaya yang terdiri dari gaya kepemimpinan kontinum yang pertama sekali dikembangkan oleh Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt. Kemudian ada gaya managerial grid yang lebih menekankan kepada pendekatan dua aspek yaitu aspek produksi di satu pihak, dan orang-orang di pihak lain. Blake dan Mouton menghendaki bagaimana perhatian pemimpin terhadap produksi dan bawahannya (followers).
          Gaya kepemimpinan, secara langsung maupun tidak langsung mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan atau pegawai. Hal ini didukung oleh Sinungan (1987) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang termasuk di dalam lingkungan organisasi merupakan faktor potensi dalam meningkatkan produktivitas kerja.
          Dari beberapa gaya yang di tawarkan oleh para ahli di atas, maka gaya kepemimpinan situasional lah yang paling baru dan sering digunakan pemimpin saat ini. Gaya kepemimpinan situasional dianggap para ahli manajemen sebagai gaya yang sangat cocok untuk diterapkan saat ini.
          Sedangkan untuk bawahan yang tergolong pada tingkat kematangan yaitu bawahan yang tidak mampu tetapi berkemauan, maka gaya kepemimpinan yang seperti ini masih pengarahan, karena kurang mampu, juga memberikan perilaku yang mendukung.

3.  Gaya Kepemimpinan Direktif
Pemimpin seperti ini mengutamakan pemberian pedoman dan petunjuk kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan serta memberitahukan mengenai apa yang diharapkan dari mereka.

FUNGSI KEPEMIMPINAN
Ada beberapa fungsi-fungsi kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam intraksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi karena fungsi kepemimpinan sangat mempengaruhi maju mundurnya suatu organisasi, tanpa ada penjabaran yang jelas tentang fungsi pemimpin mustahil pembagian kerja dalam organisasi dapat dapat berjalan dengan baik.
Sondang P. Siagian dalam bukunya Teori dan Praktek Kepemimpinan mengatakan beberapa fungsi kepemimpinan sebagai berikut:
©      Pimpinan sebagai penentu arah dalam usaha pencapaian tujuan
©      Pemimpin sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi
©      Pemimpin sebagai komunikator yang efektif
©      Pemimpin sebagai mediator, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik
©      Pemimpin sebagai integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral (Siagian, 1999)
Fungsi kepemimpinan menurut Rivai (2002), bahwa kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok/organisasi. 
Fungsi kepemimpinan sendiri dikelompokkan dalam dua dimensi berikut (Rivai, 2002):
©   Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.
©  Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi.


KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL
©                  Kepemimpinan Transaksional
Burns dalam Uno(2007: 58) mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang memotivasi bawahan atau pengikut dengan minat-minat pribadinya. Kepemimpinan transaksional juga melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sebatas proses pertukaran (exchange process), tidak langsung menyentuh substansi perubahan yang dikehendaki.
Kudisch, dkk dalam (Heru: 2004) mengemukakan kepemimpinan transaksional dapat digambarkan sebagai :
               1.      Mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan bawahannya.
                  2.      Intervensi yang dilakukan sebagai proses organisasional untuk mengendalikan dan memperbaiki kesalahan.
                        3.      Reaksi atas tidak tercapainya standar yang telah ditentukan.
Pada dasarnya kepemimpinan transaksional mirip dengan path-goal theory dan mencakup semua pendekatan situasional yang lebih menekankan pada pendekatan rasional.
Kepemimpinan transaksional menurut Metcalfe (2000) pemimpin transaksional harus memiliki informasi yang jelas tentang apa yang dibutuhkan dan diinginkan bawahannya dan harus memberikan balikan yang konstruktif untuk mempertahankan bawahan pada tugasnya. Pada hubungan transaksional, pemimpin menjanjikan dan memberikan penghargaan kepada bawahannya yang berkinerja baik, serta mengancam dan mendisiplinkan bawahannya yang berkinerja buruk.
Bernard M. Bass dalam Hanafi (1997: 382) mengemukakan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan di mana pemimpin menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi dan membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan tugas tersebut.

ü  Contoh Kasus
Seorang walikota dari sebuah kota terkotor di dunia yang letaknya berada di salah satu negara amerika latin, berhasil mengubah negaranya menjadi negara terbersih di dunia dengan melarang pembelian sayur kecuali dengan menukarnya dengan sampah. Jadi masyarakat akan diberikan sayur yang merupakan salah satu makanan pokok mereka dan hanya bila mereka membawa sampah ketempat pembuangan yang telah ditentukan pemerintah, di sana masyarakat kemudian dapat menukar sampah tersebut dengan sayur.

©                  Kepemimpinan Transformasional
Bernard M. Bass dalam Hanafi (1997: 382) mengemukakan kepemimpinan transformasional adalah suatu kepemimpinan di mana pemimpin memotivasi bawahannya untuk mengerjakan lebih dari yang diharapkan semula dengan meningkatkan rasa pentingnya bawahan dan nilai pentingnya pekerjaan. Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang mampu membuat bawahannya menyadari perspektif yang lebih luas, sehingga kepentingan individu akan disubordinasikan terhadap kepentingan tim, organisasi, atau kepentingan lain yang lebih luas. Pemimpin semacam itu juga mampu meningkatkan kebutuhan bawahan menuju kebutuhan yang paling tinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Burns dalam Heru (2004) mendefinisikan kepemimpinan transformasional adalah suatu proses, yaitu pemimpin dan pengikutnya saling merangsang diri satu sama lain untuk penciptaan level yang tinggi dari moralitas dan motivasi yang dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi mereka. Gaya kepemimpinan semacam ini akan mampu membawa kesadaran para pengikut (followers) dengan memunculkan ide-ide produktif, hubungan sinergikal, kebertanggungjawaban, kepedulian edukasional, cita-cita bersama dan nilai-nilai moral (moral values).

ü  Contoh Kasus
Salah satu contoh seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional adalah Herb Kelleher, seorang CEO yang menjadikan Southwest Airlines menjadi salah satu maskapai penerbangan terbaik di dunia. Dia memiliki karisma (pernah satu kali menyelesaikan perselisihan antar karyawan dengan melakukan adu panco), berorientasi pada karyawan (karyawan paling utama), memiliki visi (dia menerapkan konsep low-cost airline sebagai desain untuk berkompetisi dengan moda transportasi darat dan maskapai perkembangan lain), dan motivator yang sangat baik untuk orang-orang yang ada di perusahaannya.
Seorang pemimpin sesukses Herb Kelleher juga tidak akan berhasil jika tidak dibantu oeh karyawannya. Seorang pemimpin juga membutuhkan rekan untuk mewujudkan visinya. Ada sebuah ilustrasi. Waktu kecil, saya sangat suka dengan film Power Ranger. Memiliki kekuatan super dan senjata yang keren untuk memberantas para monster jahat yang ingin mengganggu keamanan Bumi. Setiap personilnya memiliki warna sebagai ciri khasnya masing-masing, yaitu Merah, Biru, Hijau, Hitam, Kuning, dan Merah Muda. Warna dari para ranger ini juga diasosiasikan dengan kepribadian masing-masing: Merah diidentikkan sebagai seorang pemimpin yang pemberani, Biru sebagai seorang yang pintar dan pengatur strategi, Hijau sebagai seorang yang tenang, Hitam sebagai seorang yang kuat dan misterius, Kuning sebagai seorang yang supel dan humoris, dan Merah Muda sebagai seorang yang penyayang.
Dari ilustrasi diatas, saya ingin menunjukkan kalau seorang pemimpin transformasional harus jeli dan peka terhadap keberagaman dari orang-orang yang bekerja bersamanya. Tidak semua orang memiliki kemampuan dan sifat yang sama. Masing-masing orang memiliki warnanya masing-masing. Seperti Power Ranger, seorang pemimpin transformasional harus bisa memaksimalkan keberagaman potensi dan kemampuan untuk kemudian menggerakkan rekan kerjanya mencapai visi bersama. Tak lupa, seorang pemimpin transformasional juga harus bisa melahirkan pemimpin-pemimpin baru di masa datang. Mengutip perkataan dari Hellen Keller, “Alone we can do so little. Together we can do so much”.


Daftar Pustaka
©    Widodo, Joko. Kepemimpinan Pendidikan Transaksional dan Transformasional di SMK Non Teknik. Fakultas Ekonomi UNNES.


0 komentar:

Posting Komentar