Sabtu, 22 Juli 2017

"Terapi Gestalt (Teknik Terapi Kursi Kosong Gestalt)"


A.        Perkembangan Konseling Gestalt
Konseling Gestalt dicetuskan pertama kali oleh Frederick Perls, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Fritz Perls (1893-1970). Lahir di Berlin dari keluarga Yahudi kelas menengah bawah. Pada awalnya Perls dikenal sebagai siswa yang agak malas di sekolah, namun  ia berhasil meraih gelar doktor dalam bidang psikiatri dan pindah ke Wina untuk belajar praktek psikoanalisa bersama dengan beberapa murid Freud yang lain. Fritz juga belajar tentang penggunaan tubuh untuk mendorong pemahaman dan perkembangan pribadi. Berdasarkan pengalaman klinisnya, Perls menemukan bahwa kemandirian dan konfrontasi merupakan aspek penting dalam terapi. Dari istrinya, Laura Posner, ia memperoleh anjuran untuk menggunakan dukungan dan hubungan atau kontak. Penggunaan kata Gestalt dimaksudkan untuk menegaskan bahwa Konseling Gestalt menekankan pada keutuhan, kebulatan, dan integrasi. Dalam bahasa Jerman, Gestalt berarti utuh.
Di Berlin, Konseling Gestalt memiliki banyak penyokong antara lain adalah Max Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Kohler. Berdasarkan penelitian- penelitian yang telah dilakukannya, para ahli tersebut memiliki keyakinan bahwa memahami pengetahuan dalam arti “unit and wholes, gestalten” adalah lebih berguna untuk mengembangkan pengetahuan alih-alih memotong atau memisahkan bagian-bagian. Mereka juga memandang manusia memiliki suatu kecenderungan dasar untuk mencapai keseimbangan, dan kecenderungan ini mengarahkan manusia untuk berpikir dalam arti keseluruhan.
Hasil kerja Fritz yang paling krusial adalah penggunaan kursi kosong (empty chair) dalam konseling yang dikenal juga dengan sebutan kursi panas. Teknik ini diperkenalkan oleh Fritz ketika ia bekerja di Esalen Institute, Big Fur, California, antara tahun 1962- 1969. Sejak saat itu ia menjadi populer dan dipandang sebagai sosok yang inovatif dan kharismatik dalam bidang pengembangan potensi manusia. Ketika popularitas Konseling Gestalt mengalami puncaknya pada sekitar tahun 1970-an, Fritz meninggal dunia. Meskipun para ahli psikologi Gestalt telah memberikan label dan premis dasar Konseling Gestalt, Perls mengadopsi banyak sumber pengetahuan dalam mengembangkan system terapeutiknya, termasuk di dalamnya psikoanalisa dan eksistensial, yang memiliki pengaruh sangat kuat di daratan Eropa hingga awal abad ke-20. Pada awalnya, pandangan-pandangan Perls dipengaruhi oleh psikoanalisis. Di samping ia mengakui pentingnya hasil kerja Freud , ia juga dipengaruhi oleh para analis yang lain seperti Karen Horney, Wilhelm Reich, dan Otto Rank.

B.        Tujuan
Tujuan pertama terapi Gestalt adalah untuk mencapai kematangan dan pertumbuhan. Karena salah satu elemen kunci kematangan dan pertumbuhan adalah menjadi pribadi yang bertanggung jawab, maka kesimpulannnya adalah bertanggung jawab terhadap diri sendiri merupakan suatu tujuan yang penting dalam terapi Gestalt. Bertanggung jawab bukanlah proses menjalankan kewajiban-kewajiban menurut harapan-harapan orang lain, melainkan individu tidak tergantung pada orang lain dan menemukan bahwa individu sendiri melakukan banyak hal lebih daripada yang dapat dipikirkannya untuk dilakukan.
Tujuan kedua terapi Gestalt adalah untuk mencapai integrasi. Dalam arti harfiah, menurut Webster, mengintegrasikan adalah “menyatukan atau menjadikan satu dan dengan demikian membentuk suatu keseluruhan yang lengkap atau sempurna”. Definisi ini akan berlaku disini juga. Seseorang yang terintegrasi; berfungsi seperti suatu keseluruhan teratur yang terdiri dari perasaan, persepsi, pikiran, dan tubuh fisik yang proses-prosesnya tidak dapat dipisahkan dari komponen-komponen psikologis. Apabila keadaan batin dan tingkah laku seseorang seimbang, maka organisme menggunakan energi hanya sedikit saja dan dia lebih mampu mengadakan respons dengan tepat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Orang yang tidak terintegrasi dengan baik, maka ruang kosong atau keretakan di dalam dirinya akan menghambat mobilisasi penuh dari sumber dayanya.
Isi dari integrasi itu dapat berbeda-beda antar individu. Bagi seseorang mungkin penting untuk mengitegrasikan ingatan-ingatan masa lampau dengan saat sekarang sehingga dia berada pada satu tempat dan bukan di dua tempat. Menemukan suatu hubungan yang tepat di antara bipolaritas, seperti maskulinitas-feminitas, mungkin merupakan bidang yang penting untuk diintegrasikan. Integrasi otot-otot, sensasi, fantasi, pikiran, perasaan, dan persepsi juga sangat penting. Memperoleh kembali dan mengakui kebutuhan-kebutuhan dan kekurangan-kekurangan yang telah disangkal adalah hal-hal yang penting dalam integrasi.
Selain itu juga untuk berfungsi secara memadai, organisme harus menjadi satu dan terintegrasi dalam hubungan dengan lingkungannya. Menyelesaikan suatu situasi yang belum selesai (unfinished situation) adalah sarana untuk mengintegrasikan energy yang hilang karena tidak adanya penyelesaian. Selanjutnya, sumbangan-sumbangan bagi integrasi dilakukan dengan memperoleh bagian-bagian kepribadian yang diproyeksikan kepada orang lain atau kepada mimpi-mimpi.

C.        Hakikat Manusia Menurut Teori Konseling Gestalt
Fritz Perls adalah seorang humanis yang memiliki pandangan optimistic tentang sifat dasar manusia. Setiap manusia bertujuan untuk mengaktualisasikan diri. Dalam pandangan Gestalt, individu memiliki kesanggupan untuk bertanggung jawab atas kehidupannya, dan manusia memiliki sifat dasar baik serta memiliki kemampuan untuk menangani kehidupannya dengan berhasil, walaupun terkadang mereka pasti butuh bantuan orang lain.
Dalam pandangan Gestalt, manusia mengalami gangguan kepribadian atau perilaku dikarenakan manusia menolak mengakui satu atau lebih aspek-aspek yang ada dalam dirinya (mengingkari sebagian hal dalam dirinya), atau membiarkan dirinya menjadi terpecah belah, terpolarisasi/terfragmentasi atau terpisah menjadi beberapa bagian-bagian. Sedangkan setiap manusia dapat menangani dengan berhasil masalah dalam hidupnya jika mereka tahu siapa dirinya dan mengorganisasikan (mengintegrasikan) semua kemampuannya kedalam suatu rajutan tindakan-tindakan yang efektif.
Oleh karena itu, konselor perlu membantu individu mengembangkan kesadaran (awareness), mengintegrasikan bagian-bagian dalam diri individu yang terpolarisasi menjadi satu kesatuan yang utuh dan bermakna, membuat individu menemukan dukungan dari dalam dirinya (inner support), serta mengembang perasaan mampu (self-sufficiency) sehingga mereka mengakui bahwa sebenarnya kemampuan yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan permasalahnnya terdapat dalam dirinya sendiri bukan dari orang lain.

D.        Karakter Dasar Konseling Gestalt
Karakter dasar konselor menurut teori konseling gestalt adalah sebagai berikut :
a.  Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
b.  Orientasi Sekarang dan Di Sini, dalam proses konseling konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang. Hal ini bukan berarti bahwa masa lalu tidak penting. Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang. Dalam kaitan ini pula konselor tidak pernah bertanya “mengapa”.
c.   Orientasi Eksperiensial, konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga dengan demikian klien mengintegrasikan kembali dirinya:
·         Klien mempergunakan kata ganti personal. Klien mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan;
·         Klien mengambil peran dan tanggung jawab;
·         Klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau tingkah lakunya.

E.        Hubungan Konselor dan Konseli Pada Konseling Gestalt
Sebagai terapi eksistensial, praktek terapi Gestalt yang efektif melibatkan hubungan pribadi ke pribadi antara konselor dan konseli. Terapis secara aktif berbagi persepsi–persepsi dan pengalaman–pengalaman saat sekarang ketika dia menghadapi konseli disini dan sekarang. Konselor harus mengahadapi konseli dengan reaksi–reaksi yang jujur dan langsung serta menantang manipulasi–manipulasi klien tanpa menolak konseli sebagai pribadi. Konselor bersama konseli perlu mengeksplorasi ketakutan–ketakutan, pengharapan–pengharapan katastrofik, penghambatan–penghambatan, dan penolakan–penolakan konseli.
Perls (1969a), Polster dan Polster (1973), dan Kempler (1973) semuanya menekankan pentingnya kepribadian konselor, tidak hanya teknik–teknik yang mereka miliki, sebagai bahan vital dalam proses terapi. Mereka menganjurkan penggunaan tingkah laku konselor yang berlingkup luas, dan memperingatkan bahaya dari tindakan mengidentikkan terapi dengan teknik–teknik yang berlingkup terbatas. Mereka juga menganjurkan konselor untuk membangkitkan spontanitas diri dan menggunakan hubungan dengan konseli sebagai teknik terapeutik. Kempler (1979,hal 261) menyebut hubungan yang actual antara konselor dan konseli sebagai inti dari proses terapeutik. Kempler menandaskan bahwa penggunaan permainan peran bisa menjadi godaan bagi konselor untuk menjaga agar respon–respon pribadinya tetap tersembunyi. Meskipun mungkin bisa menjadi cara yang efektif, permainan peran itu bukanlah tujuan akhir terapi. Kempler juga menyebutkan bahwa teknik–teknik sering menjadi alat bantu yang bernilai bagi proses terapeutik, tetapi ia menekankan proses hubungan konselor dan konseli dengan alasan bahwa kualitas hubungan konselor–konseli itu menentukan apa yang terjadi pada keduanya.

F.        Teknik-Teknik Konseling Gestalt
Berikut merupakan teknik-teknik yang digunakan dalam Konseling Gestalt.
a.     Eksperimen
Eksperimen berarti mendorong konseli untuk mengalami dan mencoba cara-cara baru. Konselor membelajarkan konseli untuk mengalami dan menghayati kembali masalah-masalah yang tak terselesaikan ke dalam situasi disini dan sekarang. Eksperimen dilaksanan melalui prosedur bermain peran atau memberikan kegiatan yang harus diselesaikan konseli pada tiap sesi.
b.     Penggunaan Bahasa
Para ahli konselor gestalt meyakini bahwa bahasa memilki peran penting dalam perkembangan. Dengan memilih kata yang tepat, konselor dapat menciptakan suatu iklim lingkungan yang mendorong perubahan. Bahasa-bahasa yang direkomendasikan antara lain :
·      Menggunakan pernyataan “apa” dan “bagaimana” bukan “mengapa”. Contoh: “apa yang anda alami ketika hal itu terjadi?” atau “bagaimana perasaan anda ketika gagal mencapai keinginan anda?”.
·   Menggunakan pernyataan “saya”. Konselor mendorong konseli untuk memusatkan perhatian pada perasaan dan pengalaman sendiri alih-alih membicarakan orang atau peristiwa lain. Contoh : konseli didorong menyatakan seperti berikut “saya marah” daripada mengatakan “ibu telah mebuat saya marah”.
·  Menekankan pernyataan. Meski pertanyaan merupakan bagian penting tapi dianjurkan lebih banyak menganjurkan pernyataan. Contoh, alih-alih membuat pertanyaan, “kemana saja kau?” lebih baik menggunakan pernyataan “saya merasa kita jarang bertemu”.
·  Menyatakan pengalaman disini dan sekarang. Jika konseli bercerita masa lampau, maka konselor harus segera mengarahkannya untuk mengalaminya kembali saat sekarang. Ini akan mendorong kesadaran disamping kontak yang benar dengan pengalaman-pengalaman konseli.
·     Mendorong tanggung jawab. Konselor direkomendasikan menggunakan bentuk-bentuk frase atau bahasa yang mendorong tanggung jawab pribadi dan tidak melempar kesalahan pada orang lain. Contoh, konselor mendorong konseli mengatakan “saya bertanggung jawab atas hilangnya dia”.
c.      Memaknakan Impian
Konseling gestalt memandang impian sebagai “jalan yang lebar menuju integrasi diri”. Bagian dari impian dipandang merepresentasikan proyeksi atau aspek-aspek individu. Dengan memahami impian, konseli lebih memperoleh kesadaran, mengambil tanggung jawab dari impian-impiannya, melihat impiannya sebagai bagian dari dirinya, memiliki perasaan integrasi yang lebih besar, dan lebih sadar tentang pikiran dan emosi yang direfleksikan dalam impian tersebut.
d.     Fantasi
Fantasi digunakan untuk membantu konseli meningkatlkan kesadaran diri. Fantasi dipandang merepresentasikan proyeksi atau aspek-aspek pribadi klien. Teknik ini, sebagai hal eksplorasi impian, membantu konseli untuk sadar tentang kontak dengan perasaannya dan menjadi lebih mampu untuk mengekspresikan emosinya.
e.     Bermain Peran
Salah satu bentuk bermain peran yang paling awal digunakan adalah psikodrama. Namun dalam perkembangannya psikodrama hampir tidak digunakan lagi. Bermain peran jarang menggunakan orang lain karena dapat menyebabkan fragmentasi. Bermain peran yang paling sering digunakan adalah “Kursi Kosong” (empthy chair) atau “kursi panas” untuk format konseling individual, dan “berkeliling” (making arround) untuk format konseling kelompok.
f.     Koreksi Permainan Topdog/Underdog
Para ahli konseling gestalt memiliki keyakinan bahwa kita terus menerus mengusik diri kita sendiri dengan permainan atas bawah (Topdog/Underdog), yakni menempatkan satu bagian diri untuk menceramahi, mendorong, dan mengancam bagian diri yang lain menuju “perilaku yang baik”. Topdog membuat penilaian dan mengatakan kepada underdog tentang bagaimana seharusnya dia merasa, berpikir, atau bertindak. Topdog ibarat kata hati atau superego dalam konsep psikoanalisa. Underdog cenderung menurut dan senang minta maaf tapi tidak sungguh-sungguh berubah. Teknik kursi kosong dapat digunakan untuk memunculkan kesadaran tentang permainan Topdog/Underdog dan mendorong integrasi bagian-bagian diri di samping mendorong perubahan.
g.     Melatih Kepekaan terhadap Pesan Tubuh
Konselor berusaha mendorong konseli untuk mencapai kesadaran tentang keutuhan (a sense of wholeness). Kesadaran ini memungkinkan mereka untuk menemukan akses dan menyadari perasaan, pikiran dan sensasi fisiknya.
h.     Kelompok
Praktek dalam konseling ini dilaksanakan melalui format individual maupun kelompok. Namun format kelompok dipandang lebih efisien. Umpan balik yang diterima konselor maupun anggota kelompok dapat mempercepat kesadaran. Jika dilaksanakan melalui format kelompok, maka menggunakan teknik keliling. 

G.        Proses Konseling Gestalt
Proses konseling Gestalt mula-mula diarahkan untuk mendorong dan mengarahkan konseli mencapai kesadaran. Kesadaran ini akan menjadi wahana bagi terjadinya perubahan. Dengan kata lain, perubahan perilaku tidak akan terjadi sebelum konseli mencapai kesadaran. Jika konseli dapat memperoleh kesadaran tentang masalah-masalah yang tak terselesaikan, kekuatan dan sumber-sumber pribadinya, maka mereka akan menemukan jalan yang mudah menuju pemecahan masalah dan mencapai perkembangan dan aktualisasi diri. Proses membangkitkan kesadaran dapat dicapai dengan cara mengembangkan hubungan atau aliansi teraupetik yang kondusif, manusiawi, dan menekankan pada aspek-aspek personal konseli. Hubungan yang ditekankan pada proses Konseling Gestalt adalah hubungan unik yang mereka sebut “Saya dan Kamu“. Bentuk hubungan ini menuntut konselor dan konseli untuk sepenuhnya menghayati keadaan pada tataran “Disini dan Sekarang“. Konselor juga mendorong konseli untuk berperan aktif dalam proses terapeutik dan mengambil tanggung jawab dalam membuat pilihan atau keputusan berkenaan dengan informasi mana yang akan ia gunakan dari seluruh informasi yang muncul dalam sesi-sesi konseling. Dalam hal ini konselor dianjurkan untuk tidak menginterupsi upaya-upaya konseli dalam memecahkan masalahnya. Namun, ketika konselor melihat konseli melakukan kesalahan atau menjadi tidak konsisten, konselor dapat mengingatkan hal tersebut.

H.        Kelebihan Dan Kekurangan Konseling Gestalt
Menurut ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012) dan buku Gerald Corey (Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, 1995). Kelebihan dan Kelemahan pendekatan Gestalt adalah:

·         Kelebihan
a.   Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
b.  Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
c.  Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
d.  Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada konseli untuk menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
e.  Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah konseli.

·         Kelemahan
a.    Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh.
b. Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif. Baik fungsi perasaan maupun fungsi pemikiran, sangatlah penting dalam terapi. Pada terapis Gestalt hanya menyisakan sedikit peluang bagi para klien untuk mengkonseptualkan dan memikirkan tindakan mengalaminya.
c. Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.
d.   Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
e.  Para konseli sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangka yang layak agar tidak tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.

“Analisis Video Teknik Terapi Kursi Kosong Gestalt”


Di dalam video berikut terlihat seorang klien datang kerumah konselor untuk berkonsultasi, dan sesampainya di lokasi klien akhirnya bertemu dengan konselor tersebut. Kemudian diawal perjumpaan, konselor melakukan rapport terlebih dahulu, seperti menanyakan bagaimana kabar klien pada saat itu, bagaimana perjalanannya menuju lokasi dan kemudian konselor menanyakan apa permasalahan yang ingin disampaikan klien.
Klien menceritakan bahwa klien memiliki masalah dengan ayahnya, ayahnya menyuruh klien untuk melanjutkan sekolah di perguruan tinggi jurusan kedokteran, namun klien menyadari atas kemampuannya dirinya, dan klien hanya memiliki keinginan untuk masuk di jurusan psikologi. Kemudian jika klien tidak menuruti keinginan ayahnya, klien akan dimarahi, tidak dibiayai sekolahnya dan akan diusir oleh ayahnya. Kemudian klien juga menceritakan bahwa dia akan diam saja ketika dimarahi oleh ayahnya. Tetapi klien tetap memilih untuk mengikuti keinginan dirinya, karena menurut klien kehidupan selanjutnya yang menjalankan adalah dirinya dan klien tidak ingin diatur oleh ayahnya.
Kemudian konselor memberikan teknik terapi kursi kosong, konselor menjelaskan bahwa klien akan dihadapkan dengan dua kursi kosong, dan klien akan melakukan dua peran. Pada kursi pertama, klien diminta untuk berperan sebagai dirinya sendiri (sosok yang lemah). Dan pada kursi kedua, klien diminta untuk berperan sebagai ayahnya (sosok yang memegang kendali).
Setelah melakukan terapi, klien merasa lebih lega. Dan klien juga menjelaskan bahwa sebelum melakukan terapi, klien selalu memikirkan masalah yang dialami, dan ingin mengungkapkan seluruh isi hatinya kepada ayahnya. Selanjutnya klien lebih merasa percaya diri untuk berbicara lagi kepada ayahnya tentang apa yang klien inginkan selama ini untuk melanjutkan kehidupannya.
Kemudian konselor menjelaskan bahwa klien sudah mengetahui permasalahan dan solusinya. Konselor hanya memberi saran agar klien dapat memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya, sehingga semua akan berjalan dengan baik untuk kedepannya.

Daftar Pustaka
(diakses pada tanggal 22 juli 2017)