A. PENGERTIAN HARAPAN DAN CITA-CITA
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan
supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat
terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.
Setiap manusia mempunyai harapan.
Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang
akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada
ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman,
lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu
harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan.
Harapan harus berdasarkan
kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan
sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan
sarana terkabulnya harapan.
Contoh :
1 seorang siswa yang ingin mengikuti ujian nasional berharap
akan mendapatkan nilai ujian dengan nilai yang baik.
2. seorang bisnisman yang berharap memenangkan tander bagi
perusahaannya.
3. seorang ibu yang berharap anaknya menjadi anak yang
sukses dan berguna bagi lingkungan dan bangsanya.
4. seorang mahasiswa yang berharap mendapatkan nilai IPK
yang tinggi.
Cita-cita merupakan Impian yang disertai dengan tindakan dan
juga di berikan batas waktu. Jadi kalau kita bermimpi untuk menjadi netpreneur
yang sukses, ya… harus di sertai tindakan jangan cuma berandai-andai saja.
Serta jangan lupa di berikan target waktu sehingga kita punya timeline kapan
hal tersebut kita inginkan terealiasasi.
Dari kecil kita pasti dinasehati
oleh orangtua, guru ataupun buku untuk menggantungkan cita-cita setinggi
langit. Semua itu memang benar karena dengan adanya cita-cita atau impian dalam
hidup kita akan membuat kita semangat dan bekerja keras untuk menggapai
kehidupan yang lebih baik di dunia.
Cita-cita yang baik adalah
cita-cita yang dapat dicapai melalui kerja keras, kreativitas, inovasi,
dukungan orang lain dan sebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak
logis dan bersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untuk menghayal
yang tidak-tidak.
Dalam bercita-cita pun sebaiknya
jangan terlalu mendetail dan fanatik karena kita bisa dibuat stres dan depresi
jika tidak tercapai. Contoh adalah seseorang yang punya cita-cita jadi dokter.
Ketika dia tidak masuk jurusan ipa dia stress, lalu gagal snmptn / spmb
kedokteran dia stress, dan seterusnya.
Tidak semua orang bisa menentukan
cita-cita. Jika tidak bisa menentukan cita-cita, maka bercita-citalah untuk
menjadi orang yang berguna dan dicintai orang banyak dengan hidup yang
berkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa
mempelajari kisah sukses orang lain atau membaca atau melihat film motivasi
hidup seperti laskar pelangi.
Bila dibandingkan dengan
cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan
cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang.
Contoh :
Rafiq mengharapkan nilai A dalam
ujian yang akan datang, tetapi tidak ada usaha, tidak pernah hadir kuliah. Ia
menghadapi ujian dengan santai. Bagaimana Rafiq memperoleh nilai A. luluspun
mungkin tidak.
Harapan harus berdasarkan
kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan
sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan
sarana terkabulnya harapan.
Harapan berasal dan kata harap
yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi: sehingga harapan berarti sesuatu
yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut
masa depan. Jadi untuk mewujudkan harapan itu harus disertai dengan
usaha yang sesuai dengan apa yang diharapkan Bila dibandingkan dengan cita-cita
, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk: sedangkan cita-cita
pada umumnya perlu setinggi bintang.
Antara harapan dan cita-cita
terdapat persamaan yaitu:
Keduanya menyangkut masa depan
karena belum terwujud. Pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan, orang
menginginkan hal yang lebih baik dan memiliki kemampuan yang lebih meningkat
dari sebelumnya.
B. PENYEBAB MANUSIA MEMPUNYAI
HARAPAN
Menurut kodratnya manusia itu
adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langusung disambut dalam suatu
pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat
lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah –
tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik
fisik/jasmani maupun mental/ spiritualnya.
Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul
dengan manusia lain, yakni :
1. Dorongan kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau
pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu
diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan,
berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya.
Setiap manusia mempunyai
kemampuan untuk itu semua.
Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.
Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.
Kodrat juga terdapat pada
binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan perlu makan,
berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat
binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara
kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak.
Budi ialah akal, kemampuan untuk
memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, sebab bila orang akan
memilih, ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang dipilihnya.
Dengan budinya manusia dapat
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang
salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih.
salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih.
Dalam diri manusia masing-masing
sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup
bermasyarakat atau hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka
manusia mempunyai harapan.
2. Dorongan kebutuhan hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia
mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis
besarya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Kebutuhan jasmaniah misalnya :
makan, minum, pakaian, rumah. (sandang, pangan, dan papan), ketenangan, hiburan,
dan keberhasilan.
Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja
sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat
terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah maupun kemampuan berpikirnya.
Dengan adanya dorongan kodrat dan
dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya
harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kabutuhan hidupnya.
Menurut Abraham Maslow sesuai
dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu ialah :
a. Kelangsungan hidup (survival).
b. Keamanan (safety).
c. Hak dan kewajiban mencintai dan
dicintai (be loving and love).
d. Diakui lingkungan (status).
e. Perwujudan cita-cita (self
actualization).
C. PENGERTIAN DOA
Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai
kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada
di sisi-Nya. Sedangkan sikap khusyu’ dan tadharru’
dalam menghadapkan diri
kepada-Nya merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedang mengharapkan
tercapainya sesuatu yang dimohonkan.
Contoh :
Alhamdulillahirobil alamin,
Yaa robbana lakalhamdu
walakal Mulqu
walakal Syukru
Kamaa yanbaghi lijalaaliwajhika
wa adziimi sulthoonik.
Allahumma sholli wasalim alaa
abdika warosuulika muhammadin.
Wa alaa aalihi
wa ashaabihi ajma'iin.
Ya Allah Ya Tuhan Kami, yang mengatur alam semesta ini
Tiada kata yang patut kami haturkan melainkan
Sanjungan tertinggi bagi-Mu,
Karena hanya atas kuasa dan ijin-Mu lah
Pada malam hari ini kami bisa berkumpul
Dalam majlis tasyakuran dalam rangka pisah sambut
pejabat Kasub Divre III Surakarta.
Ya Allah ya Tuhan kami, kami yang hadir di tempat ini
memohon Ridho dan kasih sayangmu
atas pergantian kepemimpinan ini.
Mudahkanlah segala urusan kami.
Jauhkanlah kami dari permasalahan
yang kami tidak mampu menanganinya.
Allahumma Yaa Aziizu Yaa Ghoffar ...
Duhai Dzat yang Maha Mulia dan maha Pengampun...
Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami.
Dosa Ayah dan Bunda kami,
dosa guru-guru kami,
dosa para pemimpin kami
dosa para pendahulu kami,
dosa orang-orang yang telah berbuat baik kepada kami,
dosa saudara-saudara kami muslimin,
muslimat, mukminin mukminat dimanapun mereka berada.
Robbana dholamna anfusana waillam taghfirlana
Wa Tarhamnaa Lanakunanna munal khosiriin
Robbana atinaa fidunya hasanah
wafil akhiroti hasanah,
waqinaa adzabannar.
Washolallahu ala Muhammadin Wa alaa alihi wa ash haabihi ajmaiin
Alhamdulillah.
D. KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal dari kata
percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah
hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. maka
jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang
dimilik seseorang, bukan karena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan
diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain
itu disebabkan karma orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi
masalahnya, melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak.
Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaannya itu disebut
kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan itu
makin besar kepercayaan.
Dalam agama terdapat
kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan –
langsung atau tidak langsung kepada manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu
ada yang melebihi besarya .
Kepercayaan dalam agama merupakan
keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri
menimbulkan juga hak ber agama menurut keyakinan.
Dalam hal beragama tiap-tiap
orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu,
Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Teori-teori Kebenaran :
1.
Teori Kebenaran Korespondensi
Teori kebenaran korespondensi
adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika
berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek
yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar
jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta.
Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan
menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori
empiris pengetahuan.
Gejala-gejala alamiah, menurut
kaum empiris, adalah bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat panca indera
manusia. Gejala itu bila ditelaah mempunyai beberapa karakteristik tertentu.
Logam bila dipanaskan akan memuai. Air akan mengalir ke tempat yang rendah.
Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
antara indera yang satu dengan yang lain dan berbedanya objek yang dapat
ditangkap indera.
Perbedaan sensivitas tiap indera
dan organ-organ tertentu menyebabkan kelemahan ilmu empiris. Ilmu pengetahuan
empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia dalam menemukan kebenaran
yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penyusunan pengetahuan
secara empiris cenderung menjadi suatu kumpulan fakta yang belum tentu bersifat
konsisten, dan mungkin saja bersifat kontradiktif.
Adanya kecenderungan untuk
mengistimewakan ilmu eksakta sebagai ilmu empiris untuk mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi manusia tidak selalu tepat. Pengistimewaan pengetahuan
empiris secara kultural membuat manusia modern seperti pabrik. Semua cabang
kebudayaan yang terbentuk menjadi produksi yang bersifat massal.
Keberhasilan ilmu eksakta yang
berdasarkan empirisme dalam mengembangkan teknologi -ketika berhadapan dengan
”kegagalan ” ilmu-ilmu human dalam menjawab masalah manusia- membawa dampak
buruk terhadap kedudukan dan pengembangan ilmu-ilmu human. Analisis filsafat
tentang kenyataan ini harus ditempatkan secara proporsional, karena merupakan
suatu usaha ilmiah untuk membantu manusia mengungkap misteri kehidupannya
secara utuh.
2.
Teori Kebenaran Koherensi
Teori kebenaran koherensi adalah
teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi. Suatu
pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari
pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini
mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain. Seperti sebuah percepatan
terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan dari massa, gaya dan
kecepatan dalam fisika.
Kebenaran tidak hanya terbentuk
oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi juga hubungan antara
pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah
benar apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita
terima dan kita ketahui kebenarannya.
Salah satu dasar teori ini adalah
hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi sebelumnya. Proposisi atau
pernyataan adalah apa yang dinyatakan, diungkapkan dan dikemukakan atau
menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata yang digunakan untuk
mengemukakan apa yang hendak dikemukakan.
Proposisi menunjukkan pendirian
atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan merupakan gabungan antara
faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang hakikat manusia, baru
dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian, sifat, karakter, pemahaman
dan pengaruh lingkungan.
Psikologi strukturalisme berusaha
mencari strukturasi sifat-sifat manusia dan hubungan-hubungan yang tersembunyi
dalam kepribadiannya.
Pengetahuan rasional yang berdasarkan logika tidak hanya terbatas pada kepekaan indera tertentu dan tidak hanya tertuju pada objek-objek tertentu. Gagasan rasionalistis dan positivistis cenderung untuk menyisihkan seluruh pemahaman yang didapat secara refleksi. Pemikiran rasional cenderung bersifat solifistik dan subyektif.
Adanya keterkaitan antara materi
dengan non materi, dunia fisik dan non fisik ditolak secara logika. Apabila
kerangka ini digunakan secara luas dan tak terbatas, maka manusia akan
kehilangan cita rasa batiniahnya yang berfungsi pokok untuk menumbuhkan apa
yang didambakan seluruh umat manusia yaitu kebahagiaan.
3.
Teori Kebenaran Pragmatis
Teori kebenaran pragmatis adalah
teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada
konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori
tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia
untuk kehidupannya.
Kebenaran suatu pernyataan harus
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Menurut teori ini proposisi
dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan. Apa yang
diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah
adalah yang tidak berguna (useless).
Bagi para pragmatis, batu ujian
kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat
atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences). Teori ini tidak
mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak.
Francis Bacon pernah menyatakan
bahwa ilmu pengetahuan harus mencari keuntungan-keuntungan untuk memperkuat
kemampuan manusia di bumi. Ilmu pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak
dalam kekuasaan manusia. Dengan kata lain ilmu pengetahuan manusia adalah
kekuasaan manusia. Hal ini membawa jiwa bersifat eksploitatif terhadap alam
karena tujuan ilmu adalah mencari manfaat sebesar mungkin bagi manusia.
Manusia dengan segala segi dan
kerumitan hidupnya merupakan titik temu berbagai disiplin ilmu. Hidup manusia
seutuhnya merupakan objek paling kaya dan paling padat. Ilmu pengetahuan
seyogyanya bisa melayani keperluan dan keselamatan manusia. Pertanyaan-pertanyaan
manusia mengenai dirinya sendiri, tujuan-tujuannya dan cara-cara
pengembangannya ternyata belum dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang
materialis-pragmatis tanpa referensi kepada nilai-nilai moralitas.
Aksiologi ilmu pengetahuan modern
yang dibingkai semangat pragmatis-materialis ini telah menyebabkan berbagai
krisis lingkungan hidup, mulai dari efek rumah kaca akibat akumulasi berlebihan
CO2, pecahnya lapisan ozon akibat penggunaan freon berlebihan, penyakit
minimata akibat limbah methylmercury hingga bahaya nuklir akibat persaingan
kekuasaan antar negara.
Ketiadaan nilai dalam ilmu
pengetahuan modern yang menjadikan sains untuk sains, bahkan sains adalah
segalanya, telah mengakibatkan krisis kemanusiaan. Krisis lingkungan dan
kemanusiaan, mulai dari genetic engineering hingga foules solitaire (kesepian
dalam keramaian, penderitaan dalam kemelimpahan).
Manusia telah tercerabut dari
aspek-aspek utuhnya, cinta, kehangatan, kekerabatan, dan ketenangan. Kedua
krisis global ini telah menghantui sebagian besar lingkungan dan masyarakat
modern yang materialis-pragmatis.
Macam-macam Kepercayaan :
Dasar kepercayaan adalah
kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan
atas :
1.
Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu
ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya
percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya
tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau
dipercayakan kepadanya.
2.
Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu
dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja.
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata hatinya,
perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya.
Ada ucapan yang berbunyi orang
itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu hams
dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji
kepada orang lain.
3.
Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis
menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara
itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia,
atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, Karena semua adalah
ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu
raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh
Tuhan pula (kerajaan).
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara).
Manusia sebagai seorang
(individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara.
Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada
negara, negara demikian itu disebut negara totaliter. satu-satunya yang
mempunyai hak ialah Negara : manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya
mempunyai kewajiban (Negara dictator).
Jelaslah bagi kita, baik teori
atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar,
karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai
warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
4.
Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang
maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan
sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan
pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat
yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya.
Bagaimana Tuhan dapat menolong
umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab
tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karna itu
jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus
percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia.
Kepercayaan atau pengakuan akan
adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan
konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat
tersebut.
Usaha-usaha meningkatkan percaya pada tuhan :
Usaha itu antara lain :
a. Meningkatkan ketaqwaan kita
dengan jalan meningkatkan ibadah.
b. Meningkatkan pengabdian kita
kepada masyarakat.
c. Meningkatkan kecintaan kita
kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong, dermawan, dan sebagainya.
d. mengurangi nafsu mengumpulkan
harta yang berlebihan.
e. menekan perasaan negatif seperti
iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar